Metode Mengajar: Pasangkan Bagian Tubuhmu

Posted by Unknown Friday, June 3, 2016 0 komentar

Metode Mengajar: Pasangkan Bagian Tubuhmu


Agar peserta didik dapat mempelajari dan mengingat nama bagian tubuh dalam bahasa inggris dengan lebih mudah dan menyenangkan, maka gurub perlu membuat sebuah permainan bahasa inggris. Sebelumnya, terlebih dahulu peserta didik sudah mendapatkan materi pelajaran bahasa inggris tentang anggota tubuh.

Alat dan Bahan


  1. Kertas manila
  2. Drawing pen (bisa diganti spidol) dan cat air untuk menggambar manusia dan untuk memberi garis.
  3. Keetas lipat berwarna terang.
  4. Isolasi kertas atau bening untuk menempelkan kertas lipat.

Persiapan Guru

  1. Membuat gambar manusia pada selembar kertas manila kemudian menempelkannya di dinding.
  2. Memotong-motong kertas lipat ke dalam ukuran yang lebih kecil.
  3. Menuliskan kosakata anggota tubuh dalam bahasa inggris di kertas lipat.
  4. Sebelum permainan dimulai, guru membahas tentang kosakata bahasa inggris mengenai anggota-anggota tubuh. Selanjutnya peserta didik diberi waktu untuk mengingat kembali pelajaran yang baru saja dibahas.

Permainan

  1. Guru membagi kelas menjadi dua tim dan memilih satu orang peserta didik untuk menjadi pencatat poin.
  2. Guru meminta kedua tim untuk membentuk dua baris memanjang ke belakang.
  3. Selanjutnya, permainan dimulai dengan guru memberikan ketas lipat berisi kosakata bahasa inggris kepada setiap orang yang berdiri di bagian paling depan barisan. Mereka harus berlomba untuk menyebutkan arti kosakata yang tertulis di kertas lipat tersebut dan menempelkannya di gambar anggota tubuh yang tepat.
  4. Tim yang menjawab dengan benar dan menempel potongan kertas paling cepat akan mendapatkan poin. Pemenangnya adalah tim yang paling banyak mendapatkan poin.
Catatan: Buatlah gambar yang jelas, sehingga peserta didik dapat dengan mudah membedakan masing-masing gambar anggota tubuh. Selain itu, siapkan ruang kelas/tempat bermain yang cukup luas untuk menghindari kecelakaan di dalam kelas.

Manfaat yang diambil dari kegiatan ini
Peserta didik dapat belajar bahasa inggris dengan lebih menyenangkan.


Baca Selengkapnya ....

Presentasi Ilmiah Guru

Posted by Unknown Thursday, June 2, 2016 0 komentar

Presentasi Ilmiah Guru

Presentasi Ilmiah Guru

 Download RPP, Silabus, KKM, Promes, Prota Lengkap

Yang akan naik jabatan dari Guru Madya golongan ruang IV/c ke Guru Utama golongan ruang IV/d, di samping harus  memiliki 5 (lima) angka kredit dari subunsur pengembangan diri dan 14 (empat belas) angka kredit dari subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif, yang bersangkutan diwajibkan melakukan presentasi ilmiah. Presentasi ilmiah dilakukan secara lisan dan terbuka dihadapan Tim Penilai Tingkat Pusat, akademisi dan pejabat setempat. Waktu dan tempat pelaksanaan presentasi akan ditetapkan oleh tim penilai, disesuaikan dengan jumlah guru dan lokasi guru yang akan melaksanakan presentasi. Penyelenggaraan kegiatan presentasi dilakukan oleh LPMP setempat.  Guru yang akan melakukan presentasi diwajibkan membuat makalah yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap semua kegiatan PKB yang telah dilakukan. Makalah tersebut harus menjelaskan tentang:  1. Uraian rinci dari  setiap macam kegiatan pengembangan diri yang telah dilakukan, meliputi: a) nama kegiatan pengembangan diri; b) waktu dan tempat kegiatan; c) tujuan kegiatan; d) berapa lama kegiatan dilaksanakan; e) nama penyelenggara kegiatan; f) hasil yang diperoleh guru yang bersangkutan; dan g) tindak lanjut yang telah dilakukan dari hasil pengembangan diri.
Download Media Pembelajaran Interaktif dan Aplikasi Pendidikan
2. Uraian rinci dari  setiap macam publikasi dan/atau karya inovatif yang telah dilakukan, meliputi: a) macam publikasi dan/atau karya inovasi; dan  b) abstrak atau ringkasan penjelasan hasil publikasi dan/atau karya inovatif.

Di samping makalah di atas, guru yang bersangkutan wajib menyiapkan tayangan (misalnya dalam bentuk ”power point”) yang akan disajikan pada presentasi dengan durasi sekitar 30 menit dilanjutkan dengan adanya diskusi terkait dengan materi paparan. Hasil presentasi yang ditetapkan oleh tim penilai, merupakan bagian  persyaratan wajib untuk kenaikan jabatan dari Guru Madya golongan ruang IV/c ke Guru Utama golongan ruang IV/d. D. Besaran Angka Kredit untuk Karya yang dilakukan Secara Bersama Karya yang dihasilkan secara bersama, dilaksanakan maksimum oleh 4 (empat) orang guru, yang terdiri dari penulis utama dan penulis pembantu. Jumlah penulis pembantu paling banyak 3 (tiga) orang.  Bila jumlah penulis  pembantu lebih dari 3 (tiga) orang, maka penulis pembantu nomor urut ke empat dan seterusnya tidak dapat memperoleh  angka kredit.

Baca Selengkapnya ....

Metode Mengajar: Mewarnai Gambar dengan Sedotan

Posted by Unknown Wednesday, June 1, 2016 1 komentar

Metode Mengajar: Mewarnai Gambar dengan
metode mengajar: mewarnai gambar dengan sedotan
Sedotan

Langkah-langkah metode mengajar: mewarnai gambar dengan sedotan:

Alat dan Bahan
  • sedotan bekas pakai
  • lem serba guna
  • gunting
  • pola gambar
  1. Peserta didik mencuci bersih sedotan bekas pakai yang telah dikumpulkan.
  2. Pendidik mengajak peserta didik untuk membuat pola gambar. Pola gambar dapat berupa pola bangun datar, rumah, sekolah, mobil, dan lain-lain. Kemudian batasi garis lengkung pada pola gambar untuk mempermudah peserta didik dalam menempelkan sedotan.
  3. Pendidik mengajak peserta didik untuk mengukur sedotan yang akan ditempelkan pada pola gambar, lalu menggunting sedotan sesuai dengan ukuran pola gambar.
  4. Potongan sedotan ditempelkan pada pola gambar yang telah dibubuhi lem sebelumnya. Agar hasil pewarnaan gambar maksimal, selaraskan arah dan warna sedotan secara teratur. Sisi-sisi sedotan yang masih berlebihan pada gambar dapat digunting, sehingga hasilnya lebih rapi.
Manfaat dari kegiatan
Mewarnai gambar dengan sedotan akan menumbuhkan karakter peduli lingkungan, percaya diri, daya juang, dan keteguhan hati pada peserta didik. Metode ini juga melatih ketepatan pengukuran dengan menyesuaikan panjang sedotan pada gambar yang akan diwarnai.

Baca Selengkapnya ....

Apa Itu Strategi Mengajar

Posted by Unknown 0 komentar

Apa Itu Strategi Mengajar


Strategi mengajar secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran mengajar yang telah ditetapkan. Newman dan Logan, dalam bukunya yang berjudul Strategy Policy and Central Management (1971:8), menyebutkan bahwa strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup empat hal, yaitu



  1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi serta kualifikasi hasil seperti apa yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha itu, yang sesuai dengan aspirasi dan selera masyarakat.
  2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama yang dipandang paling efektif untuk mencapai sasaran tersebut.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah apa saja yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut.
  4. Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria serta patokan ukuran yang harus dipergunakan untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha tersebut.


Berkenaan dengan itu guru sebagai pelaku pengajaran harus mampu mempertimbangkan keempat hal tersebut, sehingga dia akan dapat menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan target yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.


Guru harus mampu mendesain dan memperaktikkan  sebuah strategi pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa senang belajar. Jika siswa senang belajar, daya serap mereka pun akan meningkat dan suasana pembelajaran juga akan kondusip.



Demikian postingan tentang strategi mengajar. Semoga bermanfaat.

Baca Selengkapnya ....

Problem PR Anak Menumpuk yang Tidak Dinilai Guru

Posted by Unknown Tuesday, May 31, 2016 0 komentar
Problem PR Anak Menumpuk yang Tidak Dinilai Guru
Liburan panjang menjelang hari Lebaran yang dinanti telah tiba. Sebagian anak-anak sekolah di Indonesia sudah mulai libur sejak Sabtu kemarin, sementara sebagian lagi akan memasuki liburan sekolahnya pekan ini.

Jangankan anak-anak, kita saja para orang tua terutama para ibu, girangnya bukan main jika masa liburan telah tiba. Seolah terlepas sejenak dari "beban" kewajiban mengurusi segala sesuatu yang berkaitan dengan sekolah anak-anak. 

Bebas dari kewajiban membuatkan bekal untuk makan siang di sekolah, bebas dari kewajiban mendampingi anak mengerjakan PR, bebas dari kewajiban mengantar dan menjemput anak ke sekolah dan tempat les, dan lain-lain aktifitas sehari-hari yang cukup menguras pikiran dan tenaga. Lega rasanya saat anak-anak mendapatkan libur barang dua pekan. Cukuplah bagi kita untuk sejenak beristirahat, dan beralih pada kesibukan yang berbeda, seperti mengerjakan hobi atau mengunjungi keluarga dan teman.

Tapi tunggu dulu, benarkah di musim liburan ini, anak-anak kita benar-benar libur ? tidak bersentuhan dengan buku tulis dan pensil sama sekali? ataukah justru sebaliknya, mereka terpaksa mengisi liburan dengan kening berkerut dan keluh kesah berkepanjangan karena para guru di sekolah membekali murid-muridnya dengan tugas yang luar biasa banyaknya ?. Kalau sudah begini, apa boleh buat, kita para orang tuapun harus merelakan waktu untuk selalu mendampingi anak-anak belajar, yang itu artinya, membuat kita seolah kembali bersekolah.

Mengapa PR tetap diberikan di saat liburan ?

Ada satu masalah yang sering dihadapi para guru saat anak-anak kembali masuk sekolah setelah liburan usai, yakni sulitnya anak-anak memasuki materi pelajaran tertentu yang terputus karena libur. Kebanyakan anak-anak terlupa dengan materi yang sudah dibahas, karena jeda libur yang terlampau lama. Akibatnya guru harus mengulang menjelaskan dari awal lagi, dan ini berarti guru dan murid merugi waktu, karena seharusnya yang dibahas adalah materi berikutnya. Fenomena ini sangat kerap ditemukan, yang oleh sebab itu harus dicarikan solusinya.

Kemudian para gurupun memberikan Pekerjaan Rumah kepada murid-muridnya, dengan tujuan agar para murid tetap belajar di sela-sela waktu liburnya yang panjang, juga agar anak-anak tidak terlupa pada materi pelajaran yang sudah dibahas.

Selain itu, pemberian PR diharapkan dapat menjadi semacam "jembatan" yang menghubungkan antara proses belajar di sekolah dengan proses belajar di rumah. Kerjasama yang sinergis antara pendidikan di sekolah dan pendidikan di rumah (keluarga) memang sangat dibutuhkan. Hal ini menuntut pihak keluarga khususnya orang tua untuk terlibat secara aktif dalam proses pendidikan anak. Asumsinya, orang tua harus membantu anak memahami materi pelajaran yang sulit, mengingat faktor keterbatasan waktu di sekolah, dan keterbatasan perhatian guru yang harus memecah konsentrasinya pada semua muridnya dalam satu kelas dengan kemampuan setiap murid yang beragam pula.

PR itu sudah biasa. Tapi kalau terlalu banyak, ya bete juga !

Sampai disini sebetulnya tidak ada masalah karena alasan pemberian PR tersebut sangat masuk akal dan bermanfaat bagi anak. Namun akan berbeda permasalahannya jika PR yang diberikan oleh guru sangat banyak, dan setiap guru seolah berlomba memberikan seabrek PR kepada anak-anak kita. Walhasil, alih-alih liburan menyenangkan yang didapat oleh anak dan orang tua, anak-anak justru menjadi anti pati terhadap suatu pelajaran tertentu atau bahkan marah kepada gurunya. Secara psikologis hal ini tentu sangat merugikan anak-anak, karena bagaimanapun, anak-anak tidak boleh memiliki pandangan yang keliru terhadap proses belajar termasuk memendam perasaan yang negatif kepada para gurunya.

Dalam psikologi pendidikan disebutkan bahwa waktu efektif bagi seorang anak untuk berkonsentrasi belajar dengan duduk diam, mendengarkan penjelasan dan mengerjakan latihan soal , tak lebih dari 20 menit saja. Selebihnya anak akan merasa gelisah, teralihkan perhatiannya, dan ingin melakukan kegiatan yang lain. Oleh karena itu tak usah heran jika saat kita mendampingi anak mengerjakan PR nya, baru 20 menit, dia sudah tak sabar, inginnya mondar-mandir dengan banyak alasan. Yang ingin minumlah, ingin sambil makan permen, ingin ke toilet dulu, mengusik adik bayinya, dll. Sebetulnya bukan semua itu yang mereka butuhkan. Mereka hanya merasa bosan saja. Nah, itu jugalah yang terjadi di sekolah. Terbayang bukan, bagaimana seorang guru harus menghadapi ulah anak sekelas yang semuanya merasa bosan ? kalau guru tidak kreatif mensiasati keadaan ini, bisa cepat kena penyakit darting dia !

Apakah semua PR Itu diperiksa dan diberi nilai oleh guru ?

Kalau memang pada umumnya seorang anak hanya punya waktu konsentrasi belajar secara efektif hanya 20 menit, lalu mengapa guru harus memberikan PR yang harus dikerjakan anak dalam waktu 2 jam sehari selama seminggu ? sudah begitu semua guru memberikan PR yang sama banyaknya ? tak ada manfaatnya bukan ? karena percayalah, boleh jadi semua PR nya selesai, namun mereka mengerjakannya dengan gerutuan panjang pendek, yang membuat orang tua hanya bisa mengelus dada ( karena jujur, orang tuapun merasakan hal yang sama. Kesal karena terbawa sibuk membantu mengerjakan PR ! ).

Masih mending kalau saat masuk sekolah nanti semua PR yang segunung itu diperiksa dan diberi nilai. Masih agak terhiburlah hati anak-anak, apalagi kalau guru memberikan nilai bagus. Namun pada kenyataannya, banyak sekali guru yang sama sekali mengabaikan PR yang diberikan kepada murid-muridnya tanpa dinilai sama sekali, padahal PR itu jelas-jelas telah menyita sebagian waktu liburan anak- anak !

Sama sekali tidak diperiksa  nggak usah heran kalau guru semacam ini jadi sasaran kebencian dan kemarahan para murid di belakang punggungnya.

Jadi apa yang harus dilakukan ?

1. Saran Bagi Orang Tua

Bagaimanapun, PR memiliki manfaat yang besar bagi anak-anak kita. Libur yang terlampau panjang tanpa diisi sama sekali dengan kegiatan belajar (mengulang dan berlatih pelajaran di sekolah ) akan membuat anak terlena, hilang motivasi, atau terlupa pada materi pelajaran yang mungkin saja sesungguhnya sudah dia kuasai. Oleh karena itu orang tua harus mensupport anak-anak dalam mengerjakan tugas-tugasnya, yakni dengan mendampingi, kalau perlu membantu mereka menyelesaikan pekerjaannya.

Membantu mengerjakan PR ? ya, mengapa tidak ? boleh kok kita membantu anak mengerjakan PR, sebatas bukan kita yang mengerjakan semua PR itu, namun memberitahu cara termudah mengerjakannya. Termasuk seumpama membantu mencarikan sumber belajar di internet, membelikan alat- alat yang dibutuhkan untuk PR tertentu seperti membuat peta bumi, melakukan tanya jawab, atau bahkan sesederhana sekedar duduk disampingnya sambil membaca buku, sementara anak asyik mengerjakan PR nya. Percayalah, hanya sekedar melihat Ayah-Bundanya ada di sampingnya saja, terkadang sudah lebih dari cukup bagi seorang anak untuk bersemangat mengerjakan PR-PR nya sampai selesai.

Bagaimana jika PR yang diberikan guru sangat banyak dan menyita waktu liburan anak-anak ? tugas kitalah sebagai orang tua, untuk membantu mengatur jadwal mereka. Berilah pengertian, dan doronglah anak-anak untuk mencicil PR nya sedikit demi sedikit setiap hari, yang penting selesai. Jangan sampai karena kelalaian orang tua dan keasyikan liburan , anak- anak terpaksa merapel pekerjaannya yang segunung dalam waktu yang sangat sempit. Anak akan kelelahan, atau bahkan jatuh sakit, dan kita bisa jadi uring-uringan nanti.

Dan ini yang tak kalah penting : jangan lupa untuk selalu memeriksa dan memastikan anak-anak sudah benar mengerjakan PR nya. Wah, kok jadi terlihat seperti guru ya ? ya begitulah faktanya. Orang tua adalah guru yang utama bagi anak- anak. Itulah gunanya dahulu kita bersekolah. Ilmu yang kita miliki akan sangat bermanfaat bagi putra-putri kita, tak peduli apa profesi kita. Bersyukurlah bagi teman-teman yang berprofesi sebagai Ibu rumah tangga full timer. Itu artinya anda memiliki cukup banyak waktu untuk berkonsentrasi menjadi guru di rumah bagi anak-anak tercinta. Lalu bagaimana dengan Ayah-Ibu yang keduanya berkarir di luar rumah ? jawabannya sama saja : anda harus tetap meluangkan waktu untuk mendampingi anak-anak berlajar di rumah, jika anda ingin anak -anak sukses dalam pendidikannya. Atau anda ingin menyerahkan soal pendidikan anak-anak pada babysitter atau asisten rumah tangga barangkali ? pikirkanlah dampaknya baik-baik.

2. Saran Bagi Guru

Untuk bagian ini, saya serasa berkontemplasi, mengingatkan diri sendiri agar menjadi pendidik yang baik dan bertanggung jawab, yang kehadirannya di kelas selalu ditunggu anak-anak dengan penuh semangat.
Teman-teman Pendidik yang budiman, Ingatlah selalu bahwa mata pelajaran di sekolah itu bukan hanya mata pelajaran yang kita ajarkan saja. Masih banyak mata pelajaran lainnya . Ketika kita harus memberikan PR yang harus dikerjakan pada saat liburan, jangan pernah lupa bahwa guru lainpun ada kemungkinan melakukan hal yang serupa. Jika satu guru memberikan PR masing-masing 2 bab, maka berapa bab PR yang harus dikerjakan seorang anak untuk sedikitnya 10 mata pelajaran ? 20 bab bukan ? nah, apakah itu wajar bagi seorang anak ? apakah saat kita seusia mereka kita akan sanggup mengerjakannya ?

Berilah PR kepada murid-murid kita semata-mata karena motif manfaat, bukan motif yang lainnya, apalagi motif kewibawaan. Tak pernah ada ceritanya, guru berwibawa di mata para murid karena banyak memberikan PR, memberikan soal ulangan yang musykil, pelit nilai, atau bersikap galak. Anak-anak hanya akan takut pada kita, bukan merasa segan. Dan kita tahu, alangkah besarnya perbedaan antara makna takut dengan segan !

Selalulah menjalin komunikasi dengan rekan sejawat. Cari tahu sebanyak apa PR yang mereka berikan, agar anak-anak tidak terlalu terbebani dengan banyaknya PR yang kita berikan. Di saat liburan, anak-anak berhak libur, berhak istirahat. Mana mungkin mereka dapat beristirahat dan bersenang-senang, dapat bertumbuh kembang fisik dan mentalnya dengan baik, jika di saat liburanpun, mereka harus tetap terlibat dalam situasi yang serius, yang membuat mereka penat ?. Jika memang harus memberikan PR, upayakan agar waktu mereka tidak banyak tersita. Buatlah sedemikian rupa agar PR kita dapat diselesaikan anak-anak maksimal dalam waktu 30 menit saja. Yang penting anak-anak tidak melupakan pelajarannya.

Bersikaplah kreatif dalam memberikan PR. Jangan hanya menekankan segi kognitif saja. Anak-anakpun harus berkembang dalam sisi afektif dan psikomotoriknya. Sesungguhnya PR dapat dibuat sedemikian rupa agar anak-anak lebih merasa bermain ketimbang mengerjakan PR. Semisal tugas mengunjungi dan bersilaturahmi kepada guru TK, SD, atau SMP nya, tugas membuka dan membaca website yang kita tentukan, tugas membaca satu buku cerita/ novel, tugas mengunjungi taman kota, melihat-lihat kampus perguruan tinggi, tugas memotret pemandangan yang paling unik dan menarik di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka, tugas menonton pertunjukkan seni, tugas mengunjungi museum, tugas wisata kuliner, dll, yang kesemuanya itu akan dipresentaskan di kelas di hadapan teman-temannya . Dan masih banyak lagi kreatifitas yang dapat dilakukan dalam memberikan PR kepada para siswa. Semua tugas itu sangat mungkin diintegrasikan dalam mata pelajaran apapun. Anak akan merasa senang, karena mereka dapat melakukannya sambil bermain.

Satu hal yang paling penting : jangan pernah membiarkan PR anak-anak terkumpul di meja kita atau di inbox email kita tanpa diperiksa dan dinilai. Kasihan mereka yang sudah bersusah payah mengerjakannya. Berilah penghargaan pada anak-anak yang rajin, jangan hanya pandai menghukum mereka yang tidak mengerjakan PR. Memeriksa dan menilai setiap pekerjaan murid, adalah tugas kita yang utama. Bagaimana kita bisa tahu tingkat pemahaman anak-anak, jika melihat PR mereka saja kita tak sudi ?. Atau, tak perlulah kita memberi PR jika kita tak sanggup memeriksa dan menilainya. Janganlah berbuat curang pada anak-anak, sekecil apapun. Tak ada yang lebih buruk daripada menjadi guru yang dibenci oleh muridnya sendiri.

Akhir kata, biarkanlah anak-anak bergembira ria di saat liburan. Mereka berhak mendapatkannya setelah sepanjang semester mereka belajar dengan keras dan rajin. Biarkanlah anak-anak mengisi liburannya dengan kegiatan yang bermanfaat dan menyehatkan. Menyehatkan fisik dan mentalnya. Jadilah guru dan orang tua yang bijak dalam menyikapi fenomena PR di saat liburan, demi keberhasilan pendidikan anak-anak kita tercinta. Nah, semoga bermanfaat, selamat mendidik ya teman-teman :)

___________________
Sumber : Harian Kompas Senin, 29 Juli 2013

Baca Selengkapnya ....

Luar Biasa Permainan Tradisional Ternyata Mampu Redam Sifat Hiperaktif Anak

Posted by Unknown Monday, May 30, 2016 0 komentar

Luar Biasa Permainan Tradisional Ternyata Mampu Redam Sifat Hiperaktif Anak

Mahasiswa Program  Studi MID (Manajemen Informasi dan Dokumen) Vokasi Universitas Indonesia mengadakan kegiatan Kampung Main agar anak-anak memiliki mental yang sehat sekaligus mengenal budaya Indonesia sejak dini.

Kegiatan yang dilaksanakan kedua kalinya ini mengajak 150 orang anak warga di halaman Masjid Al-Furqon Kukusan Teknik Depok untuk bermain bersama. 

“Kegiatan ini berlangsung selama lima jam dan melibatkan secara aktif mahasiswa dan masyarakat,” ujar salah satu panitia, Malini, Ahad (30/11).

Pengamat budaya dan komunikasi sosial UI Devie Rahmawati mengapresiasi inisiatif para mahasiswa. Kampung Main, menurutnya, bisa meningkatkan konsentrasi anak dan mencegah mereka dari aksi hiperaktif sebagai salah satu pemicu kekerasan.

Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang 2013 kasus kekerasan antaranak meningkat sebesar 20% dari tahun sebelumnya. 

“Salah satu penyebabnya karena dipicu oleh tingginya konsumsi anak pada gadget yang menurut banyak ahli mampu meningkatkan agresifitas anak,” cetus Devie. 

‘Anak-anak harus kembali diperkenalkan dengan permainan tradisional yang sarat dengan aktivitas fisik luar ruang sekaligus membangun identitas baru anak Indonesia, sebagai anak yang berbudaya,” urai Devie.

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan, yaitu mendongeng, bermain dengan beberapa permainan tradisional seperti congklak, gobak sodor, kucing dan tikus, ular naga, injit-injit semut, bekel, dan petak jongkok.

Serta mengenalkan budaya Indonesia secara visual melalui tampilan video yang mudah dimengerti oleh khalayak. Khusus untuk permainan tradisional yang akan dimainkan, ujar Malini, beragam filosofi terkandung dalam permainan-permainan tersebut. 

Congklak, misalnya mengajarkan tentang berhitung, melatih kesabaran, dan kecermatan. Gobak Sodor mengedepankan bagaimana bekerja dalam tim untuk meraih satu tujuan.
.
.
.
.
Sumber: ROL

Baca Selengkapnya ....

Rahasia Mendengarkan

Posted by Unknown Friday, May 27, 2016 0 komentar

Rahasia Mendengarkan

Kebanyakan guru bingung tentang strategi mana yang yang mereka harus gunakan untuk memotivasi anak. Anda tidak dapat benar-benar membuat siswa melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan, kecuali kalau kadang-kadang Anda menunjukkan kekuasaan dan wewenang untuk sementara. Hampir sepanjang waktu, motivasi adalah suatu tendangan internal untuk bertindak. Bila siswa Anda merasa dihargai, dan didengarkan, mereka cenderung bertindak lebih termotivasi. 

Mendengar Adalah Keterampilan yang Dipelajari

Jika hanya mendengar, maka akan mudah saja. Akan tetapi, mendengar secara efektif itu beda. Mendengar efektif berarti membuat komitmen untuk memahami realitas pribadi lain, dan itu sering menuntut pelepasan atau pencantuman, tergantung pada tingkat keterlibatan emosional yang dituntut oleh situasi.

Pendengar yang baik mengetahui bahwa bila siswa berbicara, topik materi kadang tidak terlalu penting. Berbicara adalah tindakan penyingkapan dan berbagi cerita. Bagi siswa, apa yang penting adalah kebutuhannya, perasaan, sikap, observasi, dan opininya. Topik percakapan itu hanya sarana. Beberapa siswa merasa bahwa guru mereka itu pendengar yang baik. Dan sebagai guru, Anda merasa wajib didengarkan sebaik mungkin. Itu berarti pemikiran, perasaan, observasi, dan kebutuhan Anda itu penting. Tanggapan aktual pendengar itu sekunder. Ada lebih banyak cara untuk tidak mendengar secara baik daripada cara untuk mendengar dengan baik. Dalam percakapan guru-murid atau guru-guru, puhak pendengar sering melakukan hal berikut:
  • mencoba memikirkan cara menghentikan percakapan
  • ingin memberi kesan kepada orang lain
  • mencoba menemukan kekurangan dalam argumen orang lain
  • merumuskan penilaian tentang orang lain
  • mencoba mengulur-ulur waktu sampai mereka mendapatkan tanggapan yang cerdas
  • melihat jam atau pemandangan
  • menenangkan orang lain
  • secara konstan menyampaikan cerita mereka sendiri
  • menggurui orang lain
  • mendengarkan seolah-olah mereka harus membela atau membenarkan pendapat mereka sendiri.
Apakah Anda pernah mengenal seseorang yang melakukan hal-hal semacam itu pada Anda? Mengherankan bahwa ada begitu banyak cara untuk tidak mendengarkan. Tetapi, jika Anda berpikir tentang itu, kebanyakan orang melakukannya satu terhdap yang lain. Hanya sedikit orang sebagai pendengar sejati.
Sebagai seorang guru, tugas primer yang Anda lakukan sambil mendengarkan adalah memahami dunia siswa dari sudut pandang mereka. Terimalah, pahamilah, dan apresiasilah komunikasi, dan selanjutnya akuilah siswa dengan umpan balik yang benar-benar dipikirkan.

Baca Selengkapnya ....

Home Schooling Sebagai Pendidikan Alternatif

Posted by Unknown Thursday, May 26, 2016 0 komentar
Fenomena homeschooling beberapa tahun belakang ini kian mengeliat menjadi dan tren di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan orang-orang kota. Dan tidak sedikit dari orang tua yang lebih memilih untuk mendidik anaknya di homeschooling di banding sekolah reguler. Lalu sebenarnya apa yang di maksud dengan homeschooling itu? Apa kelebihan dan kekurangan bagi peserta didiknya? Berikut ini adalah sedikit paparan singkat megenai hal tersebut.

Pengertian Homeschooling                                 download video lucu

Homeschooling kadang disebut pula dengan istilah home education atau home-based learning. Secara resmi Depdiknas menggunakan istilah “sekolah rumah” atau “sekolah mandiri”. Homeschooling merupakan model pendidikan alternatif selain sekolah yang diselenggarakan oleh keluarga, yang memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi diri mereka masing-masing. Homeschooling ini sendiri pertama berkembang di Amrika Serikat dan beberapa negara di Eropa. Baru kemudian menjadi tren di Indonesia tahun-tahun belakangan ini. Namun sebenarnya kalau kita melihat sejarah pada masa Nabi Muhammad saw, metode homeschooling ini telah ada. Bagaimana Nabi saw dan para sahabat-sahabatnya mendidik keluarga mereka sendiri. Setelah para sahabat mendapatkan ilmu dari dari Nabi saw, kemudian mereka menyampaikannya kepada istri dan anak-anak mereka. Oleh karena itu tidak heran kalau beliau pernah bersabda yang intinya, bahwa tidaklah seorang anak itu lahir ke dunia kecuali dalam keadaan fitrah (beragama Islam), tapi bagaimana kemudian ia menjadi orang Nasrani, Yahhudi, ataupun yang lainnya adalah karena kedua orang tuannya. Di sini jelas orang tua memegang perang yang amat vital dalam mengajar dan mendidik anak-anaknya.

Sebagai informasi, Ki Hajar Dewantara, Buya Hamka dan KH Agus Salim, Albert Einstein, Alexander Graham Bell, Agatha Christie, Thomas A. Edison, George Bernard Shaw, Woodrow Wilson, Mark Twain, Charlie Chaplin, Charles Dickens, Winston Churchill,bahkan Christopher Paolini adalah tokoh-tokoh besar yang lahir dari homes chooling.

Metode Homeschooling

Metode homeschooling ada tiga jenis. Pertama, homeschooling tunggal, kemudian homeschooling majemuk yang terdiri dari dua keluarga, dan yang terakhir homeschooling komunitas.
1. Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh orang tua dalam suatu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Dalam hal ini orang tua terjun langsung sebagai guru menangani proses belajar anaknya, jika pun ada guru yang didatangkan secara privat hanya akan membimbing dan mengarahkan minat anak dalam mata pelajaran yang disukainya. Guru tersebut bisa berasal dari lembaga-lembaga yang khusus menyelengarakan program homeschooling, contonya adalah lembaga Asah Pena asuhan Kak Seto. Lembaga ini mempunyai tim yang namanya Badan Tutorial yang terdiri dari lulusan berbagai jenis profesi pendidikan.
2. Homeschooling majemuk adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing.
3. Sementara homeschooling komunitas adalah gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, seni dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal pembelelajaran. Dalam hal ini beberapa keluarga memberikan kepercayaan kepada Badan Tutorial untuk memberi materi pelajaran. Badan tutorial melakukan kunjungannya ke tempat yang disediakan komunitas.

Legalitas Homeschooling
Dasar penyelenggaraan homeschooling di antaranya adalah UU No. 20 Th. 2003 tentang Sisdiknas, terutama pasal 27 yang berbunyi: (1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. (2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Penyetaraan Homeschooling

Kegiatan homeschooling perlu dilaporkan ke Dinas Pendidikan setempat agar peserta homeschooling mendapat ijazah resmi dari pemerintah. Untuk ijazah SD adalah Paket A, SMP Paket B, dan SMA Paket C. Sistem ujiannya adalah melalui ujian nasional kesetaraan.

Jika di sekolah formal ada BOS, di homeschooling ada BOP (Bantuan Operasional Pendidikan), yakni: untuk Paket A bantuan warga belajar sebesar Rp. 238rb+Rp. 74rb (modul/bahan ajar); Paket B Rp. 260rb+Rp.80rb; dan Paket C Rp. 285rb+84rb.

Keunggulan Homeschooling
Metode pembelajaran tematik dan konseptual serta aplikatif menjadi beberapa poin keunggulan homeschooling. Homeschooling memberi banyak keleluasaan bagi anak didik untuk menikmati proses belajar tanpa harus merasa tertekan dengan beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum. Setiap siswa homeschooling diberi kesempatan untuk terjun langsung mempelajari materi yang disediakan, jadi tidak melulu membahas teori. Mereka juga diajak mengevaluasi secara langsung tentang materi yang sedang di bahas. Bahkan bagi siswa yang memiliki ketertarikan di bidang tertentu, misalnya Fisika atau Ilmu alam, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan observasi dan penelitian sesuai ketertarikan mereka.Beberapa keunggulan lain homeschooling sebagai pendidikan alternatif, yaitu karena sistem ini menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik, menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel. Juga memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran terutama bagi anak yang sakit atau cacat, menghindari penyakit sosial yang dianggap orang tua dapat terjadi di sekolah seperti tawuran, kenakalan remaja (bullying), narkoba dan pelecehan. Selain itu sistem ini juga memberikan keterampilan khusus yang menuntut pembelajaran dalam waktu yang lama seperti pertanian, seni, olahraga, dan sejenisnya, memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, dan nonscholastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu.
Homeschooling juga memberikan metode pembelajaran yang lebih bebas, dimana anak didik tidak harus bersekolah dan jauh dari orangtuanya, serta bebas menggunakan sarana pembelajaran sendiri. Yang terpenting dalam adalah penanaman sikap mental belajar sehingga anak didik bisa belajar dengan cara mereka sendiri serta belajar dari siapa saja dan apa saja. Anak didik bisa belajar membuat rumah kepada tukang bangunan, belajar mengolah sawah kepada petani, belajar memerah susu kepada peternak sapi, belajar berjualan kepada pedagang, tanpa harus terikat tempat dan waktu.
Jumlah peserta didik yang terbatas membuat tutor bisa langsung fokus pada potensi masing-masing peserta didik. Sebagai contoh, jika anak didik bercita-cita jadi penyanyi atau artis, dan merasa tidak perlu mempelajari Kimia atau Fisika, di homeschooling anak didik dibebaskan tidak mengambil pelajaran tersebut, karena peserta homeschooling diarahkan mengambil bidang studi sesuai dengan bakat dan potensi mereka.

Kekurangan Homeschooling
Keunggulan dan kekurangan adalam dua hal yang tidak bisa dipisahkan, di mana sesuatu ada keunggulan, pasti ada juga kekurangannya, begitu juga dengan homeschooling, beberapa kekurangan harus siap dihadapi oleh anak didik yang memilih homeschooling sebagai alternatif pendidikan. Diantaranya kekurangan yang tidak bisa kita pungkiri adalah kurangnya interaksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Kemungkinan lainnya anak didik bisa terisolasi dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan sehingga akan kurang siap nantinya menghadapi berbagai kesalahan atau ketidakpastian.
Kurangnya interaksi juga membuat anak didik kehilangan kesempatan untuk bergabung dalam salah satu tim olah raga, dan organisasi siswa pada umumnya seperti OSIS, PMR, IRM, PASKIBRA, pramuka, tim basket, tim sepak bola dan sebagainya seperti halnya yang terdapat disekolah umum. Pastinya kamu jadi tidak bisa merasakan indah dan serunya masa-masa SMU

Kekurangan lain adalah tidak ada kompetisi atau bersaing. Sehingga ada kemungkinan anak didik tidak bisa membandingkan sampai dimana kemampuannya dibanding anak-anak lain seusianya. Selain itu anak didik belum tentu merasa cocok jika diajar oleh orang tua sendiri, apalagi jika memang mereka tidak punya pengalaman mengajar sebelumnya.Faktor tingginya biaya homeschooling juga menjadi salah satu kekurangan, karena dipastikan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pendidikan homeschooling lebih besar dibanding jika kita mengikuti pendidikan formal disekolah umum.

So, bagi yang tertarik dengan sistem pendidikan homeschooling, dan memutuskan untuk melakukan homeschooling pastikan anda memperoleh informasi yang cukup serta kesiapan mental untuk menjalani metode homeschooling tersebut. Yang terpenting, apapun yang anda pilih, anda harus menjalaninya dengan sepenuh hati, karena hanya dengan itulah prestasi terbaik akan anda raih.



Baca Selengkapnya ....

Tips untuk Meningkatkan Motivasi Diri

Posted by Unknown Wednesday, May 25, 2016 0 komentar
Tips untuk Meningkatkan Motivasi Diri
Seringkali rutinitas, dan berbagai masalah yang datang silih berganti setiap hari membuat kita kehilangan motivasi untuk mendapatkan yang lebih baik dalam kehidupan. Hingga semua tujuan kita mengabur dan lama-lama menghilang. Berikut kami sampaikan tujuh Tips untuk Meningkatkan Motivasi Diri setiap hari:


Tips untuk Meningkatkan Motivasi Diri yang pertama: Ciptakan Hasrat - Lihat imbalan dari usaha Anda secara jelas. Cara ini memberikan banyak motivasi untuk membuat rencana Anda cepat terwujud. Bayangkan rumah impian Anda setiap hari, dan ini akan memberikan Anda dorongan untuk menjadikannya nyata.


Tips untuk Meningkatkan Motivasi Diri yang kedua: Ciptakan Rasa Sakit - Dalam program Neuro-Linguistic mereka mengajarkan pada Anda untuk menghubungkan rasa sakit dengan tidak melakukan tindakan. Gambaran kekasih Anda keluar dengan orang lain, saat Anda menyaksikan itu dengan diam-diam, hal itu mungkin membuat Anda termotivasi membicarakan hal-hal yang Anda hindari dengan pasangan Anda.

Tips untuk Meningkatkan Motivasi Diri yang ketiga: Bicarakan Rencana Anda - Bicaralah pada pasangan Anda tentang rencana Anda, atau tuliskan dalam selembar kertas apa yang akan Anda lakukan lalu tempelkan di kulkas.

Tips untuk Meningkatkan Motivasi Diri yang keempat:Miliki Sebuah Ketertarikan yang Nyata - Jika tak ada ketertarikan sama sekali Anda mungkin perlu melakukan sesuatu, untuk itu buat sebuah tujuan besar dalam pikiran Anda.

Tips untuk Meningkatkan Motivasi Diri yang kelima: Miliki Energi - Kafein akan memberikan rasa sehat untuk sesaat, tapi dalam satu atau lain cara, Anda membutuhkan energi lebih sebagai motivasi untuk setiap hari, misalnya dengan olah raga atau tidur cukup.

Tips untuk Meningkatkan Motivasi Diri yang keenam: Ciptakan Keseimbangan Mental - Sangat sulit untuk menemukan motivasi jika Anda dalam keadaan tertekan. Hilangkan beberapa perasaan negatif Anda, atau pada akhirnya pilih kerjakan pekerjaan penting saat Anda dalam mood yang bagus.

Tips untuk Meningkatkan Motivasi Diri yang ketujuh: Ambil Sebuah Langkah Kecil - Lakukan pengumpulan untuk satu tas besar daun-daun di halaman. Dan denagn segera Anda akan membersihkan halaman. Setiap sebuah langkah kecil yang Anda ambil untuk mencapi tujuan akan memberikan motivasi pada Anda setiap hari. (buzz/erl)



download!!!!!


Sumber : KapanLagi.com


Baca Selengkapnya ....

Metode Pembelajaran Efektif

Posted by Unknown 0 komentar
Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran Efektif
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Di bawah ini adalah beberapa metode pembelajaran efektif, yang mungkin bisa kita persiapkan.


Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.
Kelebihan:
• Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
• Setiap siswa mendapat peran.
• Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
• Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.

Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

Metode Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.

Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7. KKesimpulan.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.

Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.
Baca Juga : Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
video lucu

Baca Selengkapnya ....